Sabtu, 14 Mei 2016

Hadiah ke-26, Tentang Aku, Kamu, dan Kita

Bismillah, Assalamualaikum,

"Setiap manusia memiliki kodratnya, begitupun bagaimana dengan cara pandang dan sudut berfikirnya, dari situ kita belajar untuk mengerti, mengerti sebuah apa yang tersirat dan tersurat, untuk kita bisa mengambil langkah terbaik ke depannya."

Alhamdulillah, Segala puji syukur, semoga selalu tersampaikan, semoga diangkat hingga 'Arasy, tempat dimana Sang Khalik, Penghadir semua jenis kehidupan, Pengatur apa yang berputar dalam kehidupan, dan Pengawas dalam keseharian kita bersemayam, Allah ta'ala. Karena-Mu sedari mati aku dihidupkan, dan kelak akan dimatikan kembali, hingga bangkit diantara semua mahluk dalam hari akhir, dimana hari yang kekal, penghakiman antara yang baik dan buruk, salah dan benar, dan dari neracanya kita akan menempuh sebuah jalan, dan semoga ditempat terbaik kita ditempatkan nantinya.

Genap 1 hari lagi, berkurang lagi, 1 tahun jatah hidup di dunia ini. Bersama kesalahan yang amat sangat banyak kali ini, aku hidup. Di umur yang sudah tak lagi muda, beranjak tua. Sekali lagi kesalahan dalam hidup, yang menjadi penyebab tangis pecah diantara senyum terindah, sebuah sedih diantara cerita bahagia, dan sebuah perpisahan yang kelak hanya menjadi cerita. Dan dari diri ini semua berasal.

9 bulan lalu, perjuangan melelahkan ini dimulai, amanah yang diselesaikan satu persatu. Sedari apa yang tadinya tidak ada sekarang pun jelas. Di kala itu pula aku bertemu seorang hawa, senyum dinginnya, mimpi yang besar, dan canda yang selalu diberikan. Tak terasa sudah selama itu kita berjumpa, berbagi tentang sebuah cerita, sebuah mimpi dan kisah. 

"Waktu ini tidaklah banyak, kesempatan yang ada manfa'atkanlah secara bijak"

Tak semua cerita indah berakhir dengan apa yang disebut bahagia, terkadang apa yang kita inginkan tek sejalan dengan apa yang kita jalani. Hanya dengan sabar dan ikhlas, kita bisa mendapatkan apa yang sesuai untuk kita. Dari situlah Allah memberikan sebuah jalan, tentang apa itu sebuah pilihan. Terkadang yang terbaik untuk kita bukanlah yang terbaik menurut Allah, dan yakinlah pilihan Allah selalu terbaik untuk kita hambanya.

Manusia, tempatnya kesalahan, manusia tempatnya lupa. Itulah yang sering aku ucapkan, karena itu sedikit hal-hal yang bisa jadi kesalahan aku coba hindarkan. Melewati sebuah kelemahan. Terkadang melalui sebuah tulisan kita bercanda, sharing, ataupun bisa dikatakan marah. Aku maklumi itu, dan akupun berharap dirimu memakluminya dari apa yang ada dalam diriku. Betapa aku ingin melihatmu bahagia, lewat senyummu dirimu bercerita, melalui candamu kita hidup, dan bersamamu diri ini ingin sekali berbagi kehidupan.

"Aku hanyalah aku, aku bukan siapa-siapa, dan tidak akan menjadi siapapun. Inilah aku, dengan segala kekurangannya."

Teringat saat kita berdiskusi jauh akan sebuah hal. Yang mungkin masih menjadi tulisanku terpanjang yang pernah dirimu lihat. Sepanjang itulah aku ingin dirimu mengerti, bahwa sebuah hati menginginkan dirimu dalam sebuah jalan terbaik, tanpa sebuah air mata, tanpa sebuah kesedihan. Dan sekali lagi, pilihanku salah, dan Allah menunjukkan apa yang terbaik. Dari sebuah air mata dan kesedihan, kita kembali diuji. Bukan karena kita lemah, aku meyakini, Allah ingin melihat seberapa kuat kita dalam hal ini.

"Sudut pandang seseorang, sungguh sangat berarti, ketika kita melihat masalah, memahami, dan mencoba mencari solusi atasnya"

Menjadi diriku sekarang tidaklah mudah, mungkin seperti yang pernah dirimu rasakan. Beban itu berat, tapi ketika dirimu membaginya pasti kan terasa ringan. Tidaklah diri ini memintamu untuk ikut larut dalam beban ini, hanyalah sebuah pengertian yang aku inginkan. Mungkin kita berbeda, tapi aku berharap dirimu bisa melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Karena dari situlah dirimu bisa melihat, tentang apa yang disebut kelemahan. Sehingga diri kita tau dimana kesalahan itu berawal, dan bagaimana kita meluruskannya.

"Kita bukanlah yang terbaik, tetapi Allah memberikan kita kesempurnaan."

Kita bukanlah yang terbaik, tapi kita harus tau kita memiliki kesempurnaan. Dengan apa yang kita miliki, kita melihat, kitapun berfikir, untuk melihat lebih jauh ke depan. Aku dibuat untuk menjadi pemimpin, dimana aku harus menjadi seseorang yang bisa menjadi apa yang seharusnya. Begitupun dirimu, terlahir untuk sebuah kemuliaan, dari sebuah rusuk dirimu dihadirkan, untuk dapat menemani pasanganmu, menjadi sebuah tempat yang hangat tuk bercerita, yang hadir dalam sebuah keluarga. 

"Semuanya sesungguhnya berawal dan berakhir disini, tidak pernah kita berpindah darinya."

Kembali di saat kita bertemu, hingga sekarang saat kita menemui permasalahan. Mungkin untuk beberapa kalinya kita terlibat dalam masalah, tapi dengan kondisi sekarang berawal dari diri yang lemah ini semua berasal. Dari hal-hal kecil yang aku takutkan, hingga lahir ke hal-hal yang besar seperti sekarang. Semoga kita bisa melewatinya seperti biasanya, berakhir kembali dengan sebuah senyuman.

"Menikahlah kamu dengan seseorang karena Allah, bukan karena cinta. Cinta hanyalah milik Allah, hanya dari dan untuk-Nya, Jikalau kamu mencintai sesuatu, sesungguhnya mereka pasti kan mati, dan jika kamu mencintai Allah, sesungguhnya Dia kekal..."

Maafkan atas segala kesalahan, aku tak terlalu pintar berbicara, aku tak seberani itu juga untuk menyatakan. Aku terlalu pencemburu, hingga sangat sakit ketika melihatmu dekat dengan siapapun itu. Aku ingin senyum itu selalu ada dan selalu hidup, begitulah aku selalu menjaganya. Dirimu terlalu mudah dekat dengan siapapun, mungkin itu hal bisa bagimu, tapi buatku sungguh sangat mengangguku. Aku ingin menjagamu, dari semua hal yang mungkin menyakitimu kini atau nanti. Ingatkah kamu kapan terakhir kali aku sekedar berjabat tangan denganmu? 

"Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat serta ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'."

Untukmu aku ingin berpesan, jagalah ia yang kan menjadi pendampingmu. Jagalah hatinya dan hatimu, sedikit perilaku kadang tak apa buatmu, tapi sungguh menyakitkan baginya. Cobalah untuk mengerti dirinya lebih, selagi dia mencoba untuk mengerti akan dirimu. Benahi apa yang harus dibenahi, banyak hal yang ingin aku sampaikan, tetapi mungkin waktu untuk itu sudah terlewat. Jikalau dirimu ingin tahu, bukan disini aku kan bercerita, dirimu tahu tempat dimana aku bisa sedikit mengobrol denganmu. Karena aku bukanlah siapa-siapa, tuk sedikit menahanmu. Selalu ingat janjimu, pendampingmu harus rajin sholat 5 waktu, karena jika dia bisa menjaga sholatnya di Masjid, aku yakinkan dia pasti bisa menjaga dirimu dan putra-putrimu kelak dan aku tak akan khawatir sedikitpun. Semoga surgamu lebih dekat bersama dirinya.

Sampaikan salam dariku untuk beliau, bapak dan ibu. Belum sempat waktuku tuk bertemu dengan beliau. Mungkin suatu saat aku bisa bertemu beliau, bukan untuk apa-apa, hanya ingin melihat senyum tulus beliau dari dekat. 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. TIdak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

Terima kasih waktu 9 bulan ini, darisini kita memulainya, dan darisini pula aku kan mengakhiri. Bukan demi diriku, bukan demi dirimu, tapi demi kita, untuk bisa menjalani kehidupan lebih baik lagi ke depannya. Mungkin aku terlalu banyak menulis, semoga masih sempat dirimu membacanya. 

Darisini aku ikhlas melepasmu, bukan perkara yang mudah untuk melepas. Selama kurun waktu yang lama kita bercanda, tersenyum, dan bercerita bersama. Mungkin aku tak ingin dirimu berubah, begitupun dirimu tak ingin aku berubah. Sekarang berubahlah, menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya, bukan untuk diriku, tetapi untuk pasangan kita kelak. Bukanlah hubungan akan jauh lebih baik jika kita menerima satu sama lain, dengan mencoba menjadi seseorang yang baru untuk mereka. 

Semoga Allah menjaga kaki-kaki kita untuk melangkah, semoga Allah menjadikan hati dan cinta kita selalu untuk-Nya. Ingat semua kewajiban kita pada-Nya. Jagalah Allah dalam sholatmu, dalam do'a, dan dalam dzikirmu untuk sekedar mengingat-Nya. Semoga Allah selalu menjaga kaki kita, hati kita, dan diri kita hingga suatu saat perjumpaan kita dengan-Nya.

Jazakillah khoiron katsiro, untuk hadiah yang tiada pernah terlupa.


"Dari jiwa yang lemah, yang tiada pernah bisa memegang janjinya."


Ruang Kosong, 14 Mei 2016