Selasa, 29 Maret 2016

Terima kasih, kamu...

"Diri ini tiada pernah sendiri, bersama senyumnya ia melangkah, 
bersama mimpinya ia berjalan."

Alhamdulillah, segala puji, segala puja, hanyalah untuk Allah, terima kasih atas anugrah sebuah hidup dan kehidupan, sebuah senyum dan tangisan, sebuah duka dan bahagia, untuk-Mu semua cinta, semua kasih, dan semua rasa sayang. Karena dari-Mu apa yang ada dalam diri ini, apa yang terlihat dari pribadi ini hingga nanti semuanya kan berpulang dan semuanya akan kembali.

Sekitar 8 bulan lalu, saya mengenalmu, satu diantara sedikit senyuman terlebar di dunia, satu diantara wajah yang selalu dingin untuk dilihat, satu diantara jiwa-jiwa yang kuat untuk menjalani kehidupan. Melalui mimpi masing-masing kita bersua, mencoba menyatukan imajinasi yang mungkin hanya menjadi harapan ke depannya.

Hal-hal kecil, sebuah mimpi, sebuah imajinasi, sebuah hal-hal yang mungkin belum jelas dimana akhirnya. Terkadang sedikit obrolan ringan hingga berakhir serius, sedikit tertawa kecil hingga barisan 'emoticon' yang entah apa itu artinya. Sebuah perjalanan, yang mungkin tidak lama, tetapi cukup berarti dalam kehidupan.

Terima kasih saya sampaikan, Jazakillah khoiron, atas semua yang disempatkan. Membersamai diantara hari yang mungkin sulit, tetapi telah terlewatkan. Atas senyum yang tiada pernah putus, atas dingin setiap obrolan, dan waktu yang telah disempatkan. Mimpi itu ada, dan kita meyakinin itu. Bersama mimpi-mimpi kita hidup, terlukis diantara dinding-dinding yang  selalu mengingatkan tujuan.

Janji, sebuah janji kembali berakhir hanya sebuah kata, tiada daya untuk membendung, tentang apa itu sebuah luka dan kesedihan. Afwan, atas sebuah kelemahan yang ada dalam diri, sebuah kekurangan yang mungkin tidak semua orang mendapati. Janji yang mungkin tiada pernah sekalipun dirimu mendengar, tetapi janji ini ada di dalam hati. Sebuah kesedihan, sebuah luka, sebuah tangisan kembali hadir, dari orang terdekat, dan diri ini kembali tiada berguna. Senyum terlebar di dunia pun hilang, wajah yang dingin menjadi murung, dan jiwa yang kuat seakan runtuh.

Afwan, janji ini kembali tidak ditepati, wahai hati. Janji yang mungkin kita ukir bersama, dari raga berkaca dalam hati. Diri ini lemah, terlalu banyak banyak kelemahan, sungguh lemah. Ketika terdengar kembali sebuah tangisan dari dirimu, walaupun diri ini tiada melihat air mata itu, tapi diri ini merasakan apa yang dirimu rasakan, beratnya kesedihan, rasa takut, dan emosi yang tiada terbendung. Diri ini tiada mampu lagi tuk menjaga, diri ini tiada lagi mampu menahan tangisan, diri ini hanya bisa terpaku, akan apa yang terjadi. Maafkan kelemahan ini, maafkan kekurangan ini, maafkan diri ini.

Terima kasih untuk semuanya, tentang senyum, tentang cerita, tentang dongeng, tentang mimpi, tentang hidup, tentang kehidupan, akan senyum yang selalu menenangkan, atas cerita yang menghibur, atas mimpi yang selalu hidup, tentang jiwa yang selalu berdiri hingga akhir. Kehidupan ini harus berubah, jagalah senyummu untuk semua, ceritakan apa yang pernah kita lalui, dongengkan kisah-kisah itu, tentang mimpiku, mimpimu, mimpi kita, yang mungkin saat ini terhenti hingga nanti kita tak tau kapan untuk menghidupkannya kembali.

Aku berjuang disini untuk mimpiku, dan semoga engkaupun begitu. Biarkan waktu yang mungkin mempertemukan, langkah kaki, sebuah perjalanan hati. Sedikit imajinasi, sedikit mimpi, kelak kan menjadi titik balik, titik pertemuan untuk kembali. Senyumu tersimpan, wajahmu terbayang, candamu kukenang, dan mimpimu selalu hidup. Diantara rapuhnya hati, diantara lemahnya diri.

Salamku terlampir kepada bunda dan bapak, semoga beliau sehat-sehat dan selalu dalam lindungan Allah. Ingin ku bertemu beliau, hanya sekedar ingin bercerita bersama, melihat senyum mereka, mendengar keluhan, yah, itu semua. Semoga akan datang waktu untukku untuk berkunjung, entah itu kapan, saya hanya berencana, Allah yang menentukan. Seperti tentang apa pertemuan itu, dan seperti apa perpisahan itu.

Disini kakiku berdiri, melihat apa di depan, mungkin berat, tapi tiadalah yang ringan itu akan menjadikan saya pemimpin yang baik. Untuk diri yang lemah ini, untuk keluarga kecil saya nanti.

Sekali lagi, terima kasih...Jazakillah khoiron katsiro...



"Wahai orang-orang yang beriman, jadikan lah sabar dan sholat sebagai penolongmu"
(Al Baqarah : 153)


dini hari, belakang meja, 29 Maret 2016

Elegi

Dini hari, 29 Maret...

Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah, Sang Pemberi Hidup, Sang Pemilik seluruh Kehidupan. Tak terasa, beribu langkah melenggang hingga hari ini, beribu nafas tiada berbayar keluar dan masuk menghembus diantara relung paru, diantara senyum bahagia, dan isak dalam mengalirnya air mata...

Hari ini saya ucapkan jazakallah khoiron katsiro, terkhusus untuk keluarga, kawan, dan sahabat, atas terlewatinya 1 tahapan kehidupan, tepatnya di 29 Januari lalu. Amanah yang terhambat, janji yang tak tertepati, dan mimpi yang tiada pernah tergambarkan. Di hadapan Allah, dan ke-empat orang tua saya, telah tersampaikan apa yang telah diperjuangkan, dalam waktu yang tiada sedikit, dengan tenaga yang tiada terputus. Di antara bisik semangat demi perjuangan, bersama sayup mata yang lelah tiada terlelap, menjadikan diri lepas dari sebuah jerat, sebuah janji, sebuah amanah.

Terima kasih, Jazakallah khoiron, atas senyum yang tiada lelah menemani, atas dorongan yang tiada henti, terselip amarah diantara perhatian, bersanding menemani tarian jemari menuliskan goresan fikiran, untuk selalu berusaha mencari apa yang hendak diketemukan. Semoga Allah selalu bersama kalian jiwa-jiwa yang penuh akan kasih sayang, jiwa yang tiada lelah untuk membantu, jiwa yang selalu menebarkan senyumnya tanpa pamrih.

"Sebaik-baik manusia, ialah mereka yang bermanfa'at bagi sesamanya."

belakang meja, 29 Maret 2016